Isnin, 31 Ogos 2015

Tak Perlu Membersihkan Telinga,

Seumur Hidup Kita Tak Perlu Membersihkan Telinga, Ini Penjelasannya


Beberapa bulan yang lalu saya mengalami kejadian yang tak disangka-sangka. Lebih tepatnya yang mengalaminya anak dari adiknya kakek saya yang kini sudah meninggal. Awal penyebab meninggalnya simpel, dia punya kebiasaan “ngileni” atau mengorek telinga dengan ujung bulu ayam. Kebiasaan yang seolah-olah tak berbahaya sama sekali.

KRONOLOGINYA
Awalnya, paman saya hanya merasakan sakit di salah satu telinganya hingga tak tahan. Bukan karena sakitnya, tapi risih dengan rasa sakit kecil yang dirasakan berhari-hari. Dia diperiksakan ke dokter umum dan sakitnya hilang. Dua minggu kemudian, sakitnya timbul lagi. Kali ini harus dirawta oleh dokter spesialis THT dan harus menjalani perawatan pembersihan telinga seminggu dua kali. Karena menyepelekan nasehat dokter, paman saya enggan periksa setelah perawatan kedua. Ia merasa sudah sehat dan tak merasakan sakit lagi. Dua minggu kemudian, tiba-tiba ia pingsan selama beberapa menit dan setelah sadar ia tak bisa diajak berkomunikasi selama beberapa jam.

Pada hari itu juga, paman dibawa ke RS di Klaten dan harus menjalani rawat inap. Kondisinya memburuk dan harus dirujuk ke RS di Jogja yang peralatannya lebih lengkap. Setelah diperiksa dokter, diputuskan harus dioperasi otaknya karena “kuman” infeksi dari telinga itu sudah masuk ke otak. Persiapan operasi itu diperkirakan butuh waktu satu bulan, namun baru dua minggu dirawat paman sudah tak tertolong dan akhirnya meninggal.

Dari pengalaman buruk itu, saya mencari-cari informasi, apakah benar mengorek telinga bisa menyebabkan infeksi dan infeksinya bisa menjalar ke otak. Dan inilah info yang saya dapatkan.

SUSUNAN TELINGA
Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan. Agar kedua fungsi tersebut berjalan, telinga harus dijaga. Sayang, banyak orang yang kadung salah dalam hal menjaga kebersihan telinga. Misalnya, mengorek telinga.

Telinga terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Ketiga bagian ini bekerjasama menangkap gelombang suara dan menjadikannya bunyi yang nyata. Awalnya, gelombang suara diterima oleh telinga luar. Telinga luar sendiri terdiri dari daun dan liang telinga. Daun telinga menampung suara, yang kemudian disalurkan ke liang telinga. Dari liang telinga, suara kemudian masuk ke telinga tengah melalui gendang telinga. Di belakang gendang telinga, terdapat tulang pendengaran yang bentuknya menyerupai rantai. Tulang-tulang ini saling berhubungan pada sendi dan berfungsi mengantarkan gelombang suara hingga menggetarkan gendang dan sampai ke telinga dalam.

Di telinga dalam terdapat alat penerima yang disebut rumah siput. Di dalam rumah siput terdapat ujung-ujung saraf, cairan, dan organ yang mengambang. Gelombang suara yang diantarkan gendang dan tulang telinga akan menggetarkan cairan dalam rumah siput, sehingga membuat organ yang mengambang bergerak dan menyentuh ujung-ujung saraf pendengaran. Proses yang tadinya menggunakan tenaga mekanik kemudian diubah menjadi tenaga listrik, dan disampaikan ke otak sehingga kita mendengar suara.

Sementara sebagai alat keseimbangan, prosesnya lebih kompleks. Proses terjadi di telinga dalam. Telinga bekerjasama dengan organ lain seperti mata, sendi-sendi, otak dan lainnya. Jika ada dua organ yang tidak berfungsi, maka keseimbangan kita pun akan hilang.

BAHAYA MENGOREK
Bentuk telinga dirancang untuk mengantisipasi masuknya kotoran. Liang telinga yang bersudut membuat kotoran, seperti debu atau serangga, sulit menembus bagian yang lebih dalam. Tugas menghalau kotoran juga dilakukan kelenjar rambut yang terdapat di bagian depan setelah liang telinga. Di sini juga diproduksi getah telinga yang bernama serumen. Kita lebih mengenalnya sebagai tai telinga atau getah. Tai telinga inilah yang akan menangkap kotoran dan dengan sendirinya membersihkannya.

Orang sering salah kaprah menyangka tai telinga sebagai kotoran. Padahal, fungsinya sangat penting untuk membersihkan kotoran yang masuk. Secara alamaiah, kotoran yang masuk akan kering dan keluar sendiri. Tai telinga tidak usah dibuang, kecuali jika menggumpal dan menyumbat liang telinga sehingga menghalangi masuknya gelombang suara ke telinga dalam. Lagipula, tak banyak kasus orang yang mengalami penggumpalan getah ini.

Dalam kadar normal, tai telinga hanya menutupi permukaan dinding telinga. Jika dibersihkan, getah akan diproduksi lagi. Maka, telinga sebaiknya tidak dibersihkan dengan cara dikorek. Cukup bersihkan bagian luar saja, yaitu daun dan muara liang telinga. Bagian lebih dalam dari itu, seumur hidup pun tak perlu dibersihkan.

Salah satu yang sering dilakukan orang adalah mengorek telinga. Tak banyak yang tahu, mengorek telinga justru akan mengakibatkan terdorongnya getah telinga ke bagian yang lebih dalam yang bukan tempatnya. Jika getah ini dibersihkan, maka getah akan diproduksi lagi. Jika pengorekan dilakukan terus-menerus, getah yang
terdorong akan menumpuk dan menyumbat, sehingga pendengaran pun menurun karena gelombang suara tak bisa disalurkan dengan baik.

Mengorek telinga juga bisa mengakibatkan perbenturan sebab telinga kita bentuknya bersudut. Perbenturan ini akan mengakibatkan pembengkakan atau perdarahan. Pengorekan yang terlalu keras atau dalam juga bisa mengakibatkan trauma, ditambah dinding telinga kita mudah berdarah.

Masih ada lagi, mengorek telinga juga bisa bikin kolaps. Anda mungkin pernah mengalami batuk-batuk saat mengorek kuping. Nah, hal ini disebabkan adanya refleks saraf pagus yang terdapat di dinding telinga. Saraf
pagus membentang ke tenggorokan, dada sampai perut. Batuk-batuk adalah refleks yang ringan. Refleks yang berat dan berbahaya bisa mengakibatkan kolaps.

MUKA TAK SIMETRIS
Mengorek telinga juga bisa menyebabkan infeksi. Infeksi yang berat dan berada di tempat yang sensitif bisa menyebabkan kualitas pendengaran menurun, bahkan membuat muka jadi mencong (tak simetris).

Salah satu saraf yang terdapat di telinga adalah saraf facialis. Saraf ini berada di belakang liang telinga. Fungsinya menggerakkan otot muka dan sebagai bagian yang menunjang pendengaran. Meski saraf ini dilindungi tulang, namun jika infeksi atau gangguan lain sudah mengenainya, maka bisa mengakibatkan muka menjadi mencong, mata tak bisa ditutup, dan lainnya, yang disebut kelumpuhan saraf facialis.

Infeksi akibat mengorek terlalu keras bisa berbentuk seperti bisul yang bernanah. Infeksi bisa terjadi di liang telinga, kelenjar rambut, bahkan sampai ke bagian telinga tengah di belakang gendang. Selain karena mengorek, infeksi telinga tengah yang disebut congek bisa pula disebabkan oleh adanya infeksi di saluran nafas, yang berasal dari belakang hidung lalu merambat ke saluran tuba eskafius yang menghubungkan rongga di belakang hidung dengan telinga tengah. Jika produksi nanah semakin banyak, maka gendang bisa pecah atau bocor. Akibat selanjutnya, pendengaran akan terganggu.

Di dalam telinga terdapat banyak sekali saraf. Itulah kenapa telinga sangat sensitif. Ketika kita sakit amandel, sakit gigi atau radang tenggorokan, telinga juga terasa sakit, karena telinga kita dilalui saraf perasa. Saraf ini akan mengalihkan rasa sakit di daerah lain sampai ke telinga.

HINDARI MUSIK KERAS

Banyak hal bisa menjadi penyebab menurunnya kualitas pendengaran. Dalam gangguan taraf ringan, orang hanya akan mampu mendengar bunyi dengan kapasitas 25 – 40 desibel saja, taraf sedang 40 – 60 desibel, dan jika lebih dari 60 desibel berarti berada dalam taraf berat.

Kita sering merasa tak pernah mendengarkan musik keras-keras. Namun punya kebiasaan mendengarkan musik dari HP atau MP3 player dengan headset atau earphone. Sekalipun alat itu kecil, karena penggunaannya yang ditempelkan di telinga menyebabkan tingkat kekerasan suaranya mengalahkan suara bising kereta api. Kerusakan penurunan pendengaran karena hal ini bersifat permanen dan tak bisa disembuhkan.

Penyebabnya beraneka ragam, mulai kelainan di telinga luar hingga dalam. Kelainan di telinga luar bisa disebabkan adanya penyumbatan oleh getah telinga, benda asing, bisul, atau tumor. Gangguan di telinga tengah seperti gendang pecah, perdarahan akibat benturan pada kecelakaan, terputusnya rantai tulang pendengaran atau keluarnya cairan karena alergi.

Sementara di telinga dalam, gangguan berupa “pingsan” atau matinya sel rambut yang mengubah getaran mekanik jadi listrik lalu menyampaikannya ke otak. “Pingsan” atau matinya sel rambut disebabkan trauma bising, misalnya mendengar terlalu lama dan sering bunyi-bunyian yang amat keras, infeksi yang menjalar dari telinga tengah atau karena keracunan obat. Melalui peredaran darah, racun dari obat bisa sampai ke telinga dalam.

Penyakit seperti darah tinggi dan diabetes juga bisa mengurangi pendengaran. Pasalnya, penyakit ini bisa sebabkan rusaknya pembuluh darah. Akibatnya, telinga dalam sebagai terminal tak mendapat makanan yang cukup,” ujar Darnila. Sejumlah makanan juga bisa menyebabkan penurunan pendengaran jika menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Contohnya garam, lemak dan rokok. Turunnya pendengaran karena darah tinggi, diabetes dan keracunan obat bisa menyerang dua belah telinga. Sementara penyebab lainnya hanya menyerang telinga yang mengalami gangguan. Perlu diingat, gangguan di satu telinga tidak menjalar ke
telinga yang lain.

Kebanyakan gangguan yang terjadi di telinga luar dan telinga tengah bisa diatasi. Sedangkan jika mengenai telinga dalam agak sulit. Kalau sel rambut di telinga dalam hanya “pingsan”, misalnya akibat mendengarkan musik disko selama dua jam saja, maka pendengaran akan kembali setelah beberapa lama menghindar musik keras ini. Namun, jika terlalu sering mendengar musik atau bunyi-bunyian yang amat keras, bisa saja sel rambut itu patah dan akhirnya kualitas pendengaran rusak
berat. Umumnya hal ini tak bisa diperbaiki.

Pendengaran menurun yang permanen juga bisa ditemukan pada bayi dengan
kelainan bawaan. Biasanya pada mereka bisa dilakukan tes refleks. Tes ini bisa dilakukan oleh orang tua yang merasa curiga anaknya tidak bisa mendengar. Caranya dengan membunyikan sesuatu di tempat tersembunyi, yang tidak bisa lihat matanya. Lihat saja, apakah saat mendengar bunyi ia langsung memberi respon atau tidak?

Jumaat, 21 Ogos 2015

kepanasan suhu kepala

Kajian seorang pakar otak, V.G. Rocine, mendapati bahawa fosforus otak mencair pada suhu 42 darjah selsius (108 darjah fahrenheit).

Kecairan fosforus otak boleh terjadi sekiranya seseorang itu terdedah di bawah terik matahari bagi suatu tempoh jangka masa yang lama tanpa sebarang penutup atau pelindung kepala.

Kesan kepanasan suhu kepala yang melampau ini boleh mengakibatkan fosforus otak mencair sehingga fungsi otak menurun selain menyebabkan kerosakan kekal pada saraf otak, kehilangan memori dan kehilangan sebahagian fungsi otak.



Kajian V.G. Rocine ini selari dengan artikel bertajuk Highest Phosphorus Foods di Canadian Neuro-Optic Research Institute Online yang menyatakan sekiranya suhu badan seseorang mencecah lebih daripada 105 darjah Fahrenheit, ia amat berbahaya kerana fosforus otak akan cair sekaligus menjejaskan kesihatan otak.
Namun, kerosakan otak masih boleh diukur dalam julat yang kecil kesan pendedahan kepala terkena bahang panas matahari.

Jadi, kita dinasihatkan supaya menutup kepala sekiranya berada di bawah terik matahari atau keadaan cuaca panas.

Karima Burns pula melalui artikelnya bertajuk The Science Behind The Veil mendedahkan bahawa keputusan ujian perubatan turut mendapati sebanyak 40 hingga 60 peratus daripada tahap kepanasan badan seseorang turut hilang melalui kepala.

Melalui artikelnya yang disiarkan dalam web Islamonline.net, Karima menyatakan sesiapa yang menutup kepala pada musim sejuk, mereka lebih mampu mengawal suhu badannya sekitar 50 peratus berbanding yang tidak berbuat begitu.

Demikian juga kaedah meletakkan tuala basah diatas kepala juga amat penting bagi mengeluarkan suhu panas dalam badan seseorang.

 http://www.sentiasapanas.com

Ahad, 2 Ogos 2015

Tanda-tanda badan manusia

Tanda-tanda badan manusia yang anda perlu tahu.
Pn Suria Hanny telah menambah 2 foto baru — bersama Adam Noorhani Ishak dan 4 yang lain.
Tanda-tanda badan manusia
1. MATA (Bertindak balas dengan keadaan hati).
a) Mata menjadi merah : Hati mengandungi paras toksin yang tinggi. Mata menjadi merah menandakan badan kita sedang dalam proses pembuangan toksin.
b) Mata menjadi kabur : Sering berlaku pada waktu pagi. Menandakan proses penyeimbangan hati sedang berlaku.
c) Keluar tahi mata : Fungsi hati lemah, pembuangan toksin sedang berlaku. Ini juga menunjukkan badan mengandungi asid berlebihan.
d) Keluar air mata : Gangguan emosi yang bersangkut dengan hati atau bebanan kerja
e) Ketegangan mata dan kelopak : Tekanan perasaan kerana tidak puas hati atau bebanan yang berat.
2. HIDUNG (Hidung mempunyai hubungan rapat dengan paru-paru dan kerongkong).
a) Selesema : Proses pembuangan toksin di bahagian kerongkong. Badan mengandungi asid berlebihan (biasanya suhu badan meningkat).
b) Hidung sumbat : Paru-paru mengandungi toksin yang berlebihan. Proses menyeimbangkan masalah alahan hidung.
b) Bersin
i) Proses membuang toksin di bahagian kerongkong.
ii) Proses menyeimbangkan masalah alahan hidung.
3. BATUK
a) Batuk keluar kahak : Proses membuang toksin di bahagian kerongkong.
b) Batuk tanpa kahak : Paru-paru mengandungi toksin yang berlebihan. Biasanya kahak pekat keluar selepas beberapa hari memakan RG.
c) Batuk dan berasa gatal di kerongkong : Proses membuang toksin di bahagian kerongkong dan paru-paru, biasanya berlaku pada orang yang banyak merokok atau terdedah kepada udara yang tercemar.
4. KERONGKONG
a) Kerongkong kering. Proses membuang toksin sedang berlaku di seluruh badan. Ini adalah tanda bahawa badan kita memerlukan banyak air untuk membuang toksin.
b) Sakit kerongkong. Seperti di atas. Paras keracunan lebih serius.
5. BIBIR (Berkaitan dengan fungsi sistem penghadaman)
a) Bibir pucat
i) Sistem penghadaman yang lemah.
ii) Perut mengandungi angin.
iii) Kurang darah yang disebabkan oleh sistem penghadaman yang kurang sempurna dan mengakibatkan kekurangan zat besi. Sepatutnya diperkuatkan fungsi penghadaman dahulu dengan RG sebelum memakan zat besi.
b) Bibir kering dan pecah. Perut mengandungi banyak bahan toksin.
6. MULUT DAN LIDAH : Berkaitan dengan fungsi jantung dan sistem pengedaran darah.
a) Lidah atau gusi bengkak, sakit : Menunjukkan jantung mempunyai masalah, seperti lemak yang berlebihan, injap menjadi lemah, saluran koronari tersumbat dan lain-lain lagi.
b) Lidah, tisu mulut atau gusi menjadi pecah-pecah (ulser). Menandakan darah mengandungi asid berlebihan.
c) Mulut berbau busuk . Proses penyeimbangan fungsi perut untuk pembuangan toksin.
7. TELINGA: Berkaitan dengan buah pinggang.
a) Telinga terasa tersumbat : Buah pinggang mengandungi toksin berlebihan.
b) Telinga berdengung : Sedang merawat buah pinggang yang lemah.Biasanya tapak kaki terasa sakit ketika bangun pagi dan sakit itu hilang setelah berjalan-jalan.
8. KULIT Berpeluh :
a) Peluh masin : Badan mengandungi lebihan asid urik.
b) Peluh berbau : Badan menyingkirkan toksin melalui perpeluhan.
9. RUAM DAN BISUL : Badan menyingkirkan toksin yang berlemak dan toksin yang tidak larut dalam air.
10. KULIT GATAL DENGAN RUAM : Proses menyingkirkan toksin melalui kulit akibat terlalu banyak memakan ubat yang mengandungi bahan kimia.
11. KULIT PECAH DAN BERAIR : Proses pembuangan toksin yang larut dalam air.Sapukan serbuk Ganoderma pada kulit berkenaan.
12. RAMBUT GUGUR : Menandakan fungsi buah pinggang yang lemah. Selepas proses gugur, rambut akan tumbuh semula dengan lebih sihat dan subur.
13. SENDI-SENDI, TANGAN DAN KAKI
a. Sakit Sendi
i) Rasa panas. Menunjukkan terdapat luka di bahagian sendi berkenaan dan tanda- tanda penyakit pirai (gout).
ii) Tidak rasa panas Tanda-tanda sakit lenguh (rheumatism).
iii) Sakit di bahagian bahu. Menandakan saluran darah telah menjadi keras dan fungsi metabolisme tidak seimbang.
b) KEBAS TANGAN : Pengaliran darah di bahagian atas badan tidak lancar.
c) KEBAS TANGAN KIRI DAN LENGAN : Tanda-tanda lemah atau sakit jantung. Jika rasa kebas menjadi sakit di bahagian lengan dan kekal di sana, ini menandakan serangan sakit jantung mungkin berlaku.
d) KEBAS KAKI : Pengaliran darah di bahagian bawah badan tidak lancar.
e) SAKIT TAPAK KAKI : Menandakan buah pinggang lemah. Biasanya disebabkan oleh kekurangan senaman dan duduk terlalu lama.
f) SAKIT TUMIT KAKI : Menunjukkan kelemahan fungsi alat kelamin.
g) RASA PANAS DI TAPAK KAKI : Penyeimbangan fungsi buah pinggang akibat lemah tenaga batin.
h) GATAL DI CELAH-CELAH JARI KAKI : Menunjukkan tanda awal penyakit kaki busuk (Hong Kong Foot).
14. TANDA-TANDA DALAMAN
A. KEPALA. Secara amnya, segala tindak balas yang berlaku di bahagian kepala mempunyai kaitan dengan sistem pengaliran darah, jantung dan saraf otak.
B. PENING/SAKIT DI BAHAGIAN DEPAN KEPALA Menandakan sakit tekanan jiwa (neurosis) akibat bebanan mental dan banyak berfikir.
C. PENING/SAKIT DI BAHAGIAN BELAKANG KEPALA
a) Bahagian atas . Menunjukkan penyakit tekanan darah tinggi.
b) Bahagian bawah (tengkuk). Menunjukkan penyakit tekanan darah tinggi atau tekanan darah.
D. SAKIT KEPALA DAN RASA GAS KELUAR DARI TELINGA :Menandakan penyakit migrain.
E. BISUL TERJADI DI KEPALA Tanda pembuangan toksin sedang berlaku. Kadang-kadang dikaitkan dengan penyakit migrain.
F. RASA PENING YANG MEMUSING Tanda kurang darah atau pengaliran darah tidak lancar.
15. MULUT/KERONGKONG/LIDAH
a) LOYA/MUNTAH . Tanda penyakit lelah. Pembuangan bahan toksik dari bahagian perut.
b) MUNTAH DARAH
i) Darah merah : Pembuangan tisu yang sudah rosak di bahagian kerongkong dan
ii) Darah hitam: Pembuangan tisu yang sudah rosak di bahagian perut; misalnya penyakit ulser.
16. LIDAH RASA TEGANG DAN PENDEK : Tanda sakit jantung.
17. KELUAR AIR LIUR YANG PEKAT . Proses pembuangan toksin dari kerongkong akibat jangkitan kuman
18. KENCING
a) KERAP KENCING Menunjukkan buah pinggang mengandungi kotoran
b) AIR KENCING BERKAPUR Menunjukkan penyakit batu karang dalam buah pinggang.
c) AIR KENCING BERMINYAK : Menunjukkan buah pinggang mengandungi kotoran berlemak.
d) AIR KENCING PEKAT BERWARNA COKLAT : Menandakan proses pembuangan toksin sedang berlaku.
e) AIR KENCING BERDARAH : Penyakit batu karang atau buah pinggang luka.
19. BUANG AIR BESAR
a) CIRIT-BIRIT/KERAP BUANG AIR BESAR : Membersihkan kotoran/keracunan dari usus besar. Cirit-birit dengan serta merta selepas memakan RG, menandakan penyakit barah di bahagian usus besar.
b) SEMBELIT: Membersihkan toksin dari usus kecil.
c) NAJIS BERDARAH
i) Darah merah : Masalah penyakit buasir atau barah di bahagian usus.
ii) Darah hitam: Masalah penyakit ulser perut.
d) NAJIS BERWARNA HITAM : Menunjukkan proses pembuangan toksin di bahagian usus sedang berlaku.
20. BADAN
a) RASA SAKIT : Secara amnya, segala kesakitan badan adalah disebabkan saluran darah.
i) Sakit menyucuk : Proses menyeimbangkan urat saraf.
ii) Sakit sengal: Menandakan luka di dalam badan.
iii) Sakit menyentap: Proses menyeimbangkan urat saraf yang berkaitan dengan organ-organ badan.
iv) Sakit menegang : Proses melancarkan pengaliran darah.
b) BADAN TERASA BERAT/ MALAS/ LENGUH . Badan mengandungi asid yang berlebihan. Proses penyeimbangan
c) BADAN TERASA PANAS . Badan mengandungi asid yang berlebihan. Ini menandakan badan memerlukan banyak air untuk menjalankan proses pembuangan toksin.
d) BADAN TERASA RINGAN : Menandakan badan segar dan proses awet muda sedang berlaku.
21. RASA TAKUT MENGEJUT : Lemah fungsi buah pinggang. Tenaga batin lemah.
22. CEPAT NAIK DARAH/MARAH : Fungsi hati lemah. Tekanan darah tinggi.
23. RASA BIMBANG DAN TAKUT : Sistem paru-paru yang lemah.
24. RASA SERONOK ATAU BIMBANG TANPA SEBAB :
a) Sistem jantung yang lemah.
b) Sistem saraf otak yang lemah.
c) Masalah pengaliran darah.
25. SUKA BERFIKIR DAN BERKHAYAL : Sistem penghadaman yang lemah.
Disediakan oleh:
Pn. Rusnani Omar
Penolong Pendaftar
Unit Keselamatan & kesihatan Pekerjaan
Universiti Malaysia Perlis