Isnin, 11 Januari 2016

Permanan Doctor


Permainan Licik Oknum Dokter Hampir Merata di Indonesia,Benarkah..???

September 28, 2015 | KESEHATAN
tangkap-dokter-131118bMantan medical representative atau medrep bercerita tentang pengalaman kerjanya mengawasi dokter-dokter yang ‘dikontrak’ perusahaan farmasi. Saat dokter telah ada di genggaman perusahaan farmasi, yang berlangsung yaitu kekonyolan. Pasien akan terima resep “tak masuk akal”.
Tetapi, pasien tidak berdaya lantaran ketidaktahuannya. Kerja sama atau KS pada perusahaan obat serta dokter itu seperti ijon. Dokter terima duit atau hadiah di depan yang perlu dikembalikan sampai empat kali lipatnya. Pengembalian dilakukan melalui kewenangan dokter dalam menulis resep.
Jika seseorang dokter sudah di beri duit Rp 200 juta oleh suatu perusahaan farmasi, jadi ia mesti meresepkan obat dari perusahaan farmasi itu sejumlah Rp 800 juta.
Jangka waktunya tak terbatas, dapat dua bln., tiga bln., enam bln., maupun satu tahun.
Waktu seorang dokter menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi yang diwakili oleh medrep, dokter itu bakal dipantau. Medrep mengunci apotik-apotik rujukan sang dokter hingga perusahaan obat dapat memonitor progres kerja sama.
Menurut seorang bekas medrep, pola kerja sama perusahaan farmasi serta dokter maupun rumah sakit, telah berjalan lama di seluruhnya daerah di Indonesia.
Bekas medrep itu menceritakan, seputar th. 2008, ia menjalin kerja sama juga dengan seseorang dokter spesilasi paru-paru di suatu rumah sakit pemerintah di pinggiran Jakarta.
Perjanjian kerja sama yang di sampaikan dengan cara lisan, tanpa ada kesepakatan tercatat, itu menyebutkan bahwa si dokter bakal meresepkan antibiotik cair buatan perusahaan farmasi spesifik.
Si dokter lalu terima duit Rp 20 juta untuk cost liburan ke Bali berbarengan keluarganya. Sepulang dari Bali, si dokter jadi rajin meresepkan antibiotik cair pada pasiennya yang sebagian besar adalah orang dewasa.
” Dia ditarget meresepkan antibiotik itu sejumlah Rp 100 juta. “Akhirnya, untuk pasien dewasa juga dia kasih resep antibiotik cair. Kan jadi konyol, pasien dewasa diberi antibiotik cair, ” tutur mantan medrep itu saat didapati di suatu gerai fastfood di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten.
“Mestinya pasien dewasa di beri antibiotik tablet. Hanya dikarenakan terima duit akhirnya nampak resep tidak masuk akal, ” imbuhnya.
Dalam enam bln. dokter itu telah melunasi “kewajibannya” ke perusahaan farmasi. Namun banyak apoteker tertawa lihat resep si dokter. “Antibiotik cair kan untuk anak-anak, ” tuturnya.
Sebagian medrep ataupun bekas medrep sebagai narasumber yakin masyarakat banyak yang tidak sadar masalah ini.
“Banyak orang jadi resisten pada antibiotik golongan terendah gara-gara dokter mengadakan kerja sama untuk meresepkan antibiotik kelompok yang lebih tinggi, ” kata salah satu medrep.
Seorang medrep mengakui, satu saat, anaknya demam serta ia juga membawanya ke suatu klinik di Jakarta Selatan. Dokter lalu berikan resep antibiotik kelompok dua.
Karena memahami, medrep itu menolak resep dokter. “Saya minta amoxicilin saja. Amoxicilin kan termasuk juga antibiotik golongan rendah. Saya tahu bila demam biasa, pakai amoxicilin saja cukup, ” katanya.
“Tak butuh golongan dua yang seperti yang pernah diresepkan dokter. Kasihan anak saya, kelak jadi resisten. Lagipula antibiotik golongan dua itu jauh lebih mahal, ” tuturnya lagi.
Ia juga buka kartu tentang profesinya sebagai medrep. “Dokter itu lalu mengganti resepnya, ” tuturnya.
Dalam perbincangan singkat itu, si dokter mengakui mempunyai kerja sama dengan suatu perusahaan obat yang menghasilkan antibiotik golongan dua.
Pilihan amoxicilin untuk menangani demam si anak tidak keliru. “Ternyata benar, dalam dua hari, anak saya sembuh, ” tambah medrep tersebut .
Mengakui sebagai “orang farmasi” memang jadi password untuk beberapa medrep untuk tidak jadi korban resep tak masuk akal.
“Kalau ada keluarga yang sakit maupun opname, mulai sejak awal saya katakan pada dokternya, ‘dok… saya orang farmasi lho’. Bila telah gitu, pasien tidak akan di beri resep yang aneh-aneh, ” tutur seorang mantan medrep.
Sumber : news. fimadani. com

Tiada ulasan:

Catat Ulasan